Metodologi mempelajari
filsafat terbagi menjadi 3 bagian besar yakni ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Metodologi ini juga menjadi landasan terbentuknya kerangka dasar
ideologi, apakah ketiga hal ini harus secara sempurna menjadi syarat mutlak
kerangka dasar filsafat? Bagaimana jika hanya salah satunya saja yang ada? Atau
mungkin hanya dua yang ada?. Untuk itu mari kita lihat pembahasan singkat
ketiga konsep di atas.
1. Ontologi
Ontologi adalah
cabang metafisika yang membicarakan watak realitas tertinggi atau wujud.
(Maulana dkk, 2011). Ontologi sebenarnya berbicara terkait “hakikat” dari suatu
wujud, untuk itu pertanyaan yang identik dengan ontologi adalah “apa?”. Apa
hakikat dari sesuatu yang merujuk pada wujud esensial dari segala sesuatu?
Apakah hakikat yang dikaji? (Suriasumantri, 2001). Jika konsep ontologi tidak
ada maka dengan sendirinya wujud juga tidak ada, jika wujud tidak ada maka
bagaimanakah kita membahas segala sesuatu yang tidak memiliki wujud? Bagaimana
caranya membahas segala sesuatu yang tidak memiliki hakikat? Orang pasti
kebingungan untuk membahas sesuatu yang tidak punya realitas. Dengan pentingnya
konsep ontologi maka menjadi syarat mutlak kerangka dasar filsafat. Istilah hakikat wujud berarti wujud sebagai
hakikat sebelum dibagi menjadi subjektif (konsep, ide) dan objektif (realitas).
“hakikat wujud” mengacu pada arti awal keberadaan secara mutlak dan umum,
sehingga kontradiktif dari al-wujud (keberadaan/eksistensi) adalah al-adam
(ketiadaan).
2. Epistimologi
Epistimologi
sebenarnya adalah teori pengetahuan yang disimbolkan dalam kalimat tanya
“Bagaimana?”. Epistimologi dapat dikatakan sebagai sambungan dari ontologi
yakni bagaimana mempelajari hakikat dalam konsep ontologis? Bagaimana
memperoleh pengetahuan yang benar? Bagaimana pengetahuan menjelaskan
pengetahuan? Bagaimana pengetahuan memunculkan pengetahuan baru? Sampai tahap
mana pengetahuan yang mungkin ditangkap manusia?. Dengan demikian konsep
epistimologi membahas juga tentang alat memperoleh pengetahuan misalnya indera
(mata, telinga, hidung, lidah, kulit), rasio (akal/logika), hati secara
intuitif, alam/objek, serta teks skriptualis, bahkan mungkin juga ada
alat/sumber pengetahuan yang lain sehingga tentu ada pengkajian lanjutan
terkait Konsep epistimologi senantiasa menggunakan metode ilimiah dan struktur
pengetahuan ilimiah sehingga kita dapat membedakan jelas antara pengetahuan dan
ilmu. Apakah itu pengetahuan dan bagaimana perbedaannya dengan ilmu?.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah
penyelidikan terhadap nilai/martabat dan tindakan manusia (Cabang dari
filsafat) sedangkan aksiolog adalah pakar/ahli aksiologi. (Maulana dkk, 2011).
Aksiologi merupakan konsep yang mengatur tentang nilai-nilai (value’s) atau
manfaat dari ilmu/filsafat yang diidentikan dengan kalimat interogasi “apa
manfaatnya? Atau apa nilai-nilai yang terkandung?”. Dengan demikian maka ada
hubungan dengan teori kebenaran pragmatik bahwa ilmu dapat benar ketika
memiliki manfaat bagi pengguna ilmu atau masyarakat secara umum dimana pun,
kapan pun dan dalam keadaan yang bagaimana pun.
Demikian sedikit Metodologi mempelajari
filsafat yang saya ketahui baik melalui referensi kepustakaan maupun referensi
lainnya. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar