Cara Berpikir Filsuf
Berfikir merupakan hal yang
lazim dilakukan oleh semua orang, tidak hanya dari kalangan tertentu saja, tapi
semua kalangan masyarakat. Tapi tidak semua dari mereka yang berfikir filsafat
dalam kehidupan sehari-harinya. Berfikir filsafat sangatlah penting untuk semua
orang dalam rangka menjalani aktivitas sehari-hari, atau untuk mencari solusi
bagi sebuah permasalahan. Jika ditelaah secara mendalam, begitu banyak manfaat,
serta pertanyaan-pertanyaan yang mungkin orang lain tidak pernah memikirkan
jawabannya. Karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu. Beberapa manfaat
mahasiswa berfikir filsafat, yaitu mengajarkan cara berpikir kritis, sebagai
dasar dalam mengambil keputusan, menggunakan akal secara proporsional, membuka
wawasan berpikir menuju kearah penghayatan, dan masih banyak lagi. Itulah
sebabnya mengapa setiap mahasiswa diharapkan untuk selalu berfikir filsafat
kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun ia berada.
Berfilsafat
itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak berarti berfilsafat. Hal ini
disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti
berpikir itu ada manfaat, makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk
direalisasikan dari berpikir itu karena sudah ada acuan dan tujuan yang pasti/sudah
ada planning dan contohnya, dan yang paling utama hasil dari berpikir itu
bermanfaat bagi orang banyak, tapi berpikir tidak berarti berfilsafat, karena
isi dari berpikir itu belum tentu bermakna atau mempunyai tujuan yang jelas
atau mungkin hanya khayalan saja.
Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam,
maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya
dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan
pemahaman yang lengkap.
Orang yang
berpikir filsafat paling tidak harus mengindahkan ciri-ciri berpikir sebagai
berikut:
1. Berpikir filsafat Radikal. Yaitu berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat
atau sustansi, esensi yang dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau
mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan
apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
2.
Berpikir filsafat Universal. Yaitu berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya.
Misalnya melakukan penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan
menggunakan intuisinya. Sebab, orang yang dapat memperoleh kebenaran dengan
menggunakan intuisinya tidaklah umum di dunia ini. Hanya orang tertentu saja.
3.
Berpikir filsafat Logis. Yaitu berpikir dengan sesuatu hal
yang bisa diterima oleh akal dan yang sesuai dengan logika atau benar menurut penalaran. Dengan
kata lain logis dapat dikatakan sebagai sebuah pola
atau cara berpikir seseorang terhadap suatu hal.
4.
Berpikir filsafat Sistematis. yaitu memikirkan segala
sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan
keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan
metoda yang hendak dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda, namun semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena
sesuai dengan proses yang diakui luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar