Filsafat ialah
tertib atau metode pemikiran yang berupa pertanyaan kepada diri sendiri tentang
sifat dasar dan hakikat berbagai kenyataan yang tampil dimuka. Filsafat manusia
merupakan bagian dari filsafat yang mengupas apa artinya manusia. Filsafat
manusia mempelajari manusia sepenuhnya, sukma serta jiwanya.
Filsafat
manusia perlu dipelajari karena manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan
hak istimewa dari sampai batas tertentu memiliki tugas menyelidiki hal-hal
secara mendalam. Manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa
yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia.
Kesulitan
Bagi Suatu Filsafat Manusia
Filsafat berpretensi mengatakan apa yang paling penting bagi manusia.
Para filsuf mangatakan dan menimbulkan berbagai pendapat. Bagi Platon dan
Platin misalnya, manusia adalah suatu makhluk ilahi. Bagi Epicura dan Lekritius
sebaliknya manusia yang berumur pendek lahir karena kebetulan dan tidak berisi
apa-apa. Descartes mengambarkan manusia sebagai terbetuk dari campuran antara
dua macam bahan yang terpisah, badan dan jiwa.
Perlunya
dan Kemungkinan Filsafat Manusia
Filsafat mengajukan
pertanyaan dan mengupasnya. Filsafat bertanya pada diri sejak ribuan tahun
apakah manusia itu, dan darimana datangnya manusia, tempat apakah yang
didudukinya dalam alam semesta yang
luas, darimana manusia datang dan untuk apakah ia ditakdirkan.
Watak
Sifat Manusia, Obyek Filsafat Manusia
Filsafat
manusia menduga bahwa suatu watak manusia suatu kumpulan corak-corak yang khas,
atau rangkain bentuk yang dinamis yang khas yang secara mutlak terdapat pada
manusia. Kategori manusia secara fundamental dari semua kebudayaan memiliki
kesamaan. Suatu kebudayaan manusia tidak mungkin ada tanpa bahasa. Semua
kebudayaan diatur untuk dapat menyelamatkan solidaritas kelompok yang dengan
cara memenuhi tuntutan yang diajukan oleh semua orang, yaitu dengan mengadakan
cara hidup teratur yang memungkinkan pelaksanaan kebutuhan vital mereka.
Perbedaan
Filsafat Manusia dengan Ilmu-Ilmu yang bersangkutpaut dengannya.
Ilmu yang mengemukakan kesimpulan-kesimpulan dengan bahasa matematika,
yang menunjukkan bahwa mereka dalam objeknya mencapai secara langsung hanya apa
yang dapat diukur dan dapat dihitung jumlahnya. Filsafat mengarahkan
penyelidikannya terhadap segi yang mendalam dari makhluk hidup. Filsafat
bertanya apakah yang paling mendasar memberi corak yang khas pada manusia,
apakah yang menyebabkan ia bertindak sebagimana yang ia lakukan.
Titik
Tolak dan Objek yang Tepat Filsafat Manusia
Fisafat
selalu tergantung dari konteks kebudayaan dimana dia berkembang, namun dia
tetap merupakan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan jumlah atau perpaduan
segala pengetahuan dari suatu zaman. Filsafat tidak dituntut untuk
mempergunakan kesimpulam-kesimpulan sebagai titik tolak yang wajib bagi
pemikirannya. Maka seharusnya bertolak dari pengetahuan dan
pengalaman manusia, serta dunia yang secara wajar ada pada setiap individu yang
dimiliki oleh semua orang secara bersama-sama.
Metode
Filsafat
Filsafat bersifat interogatif. Ia mengajukan persoalan-persoalan dan
mempertanyakan apa yang tampak sebagai sudah jelas. Ilmu pengetahuan
mengemukakan pertanyaan. Filsuf memberikan pertanyaan ke jantung hal-hal atau
sampai ke akar persoalan. Metodenya bersifat diagonalatau menurut ungkapan dialektik.
Plato melalui diskusi antara guru dan murid kemudian dikemukaan persoalan yang
setapak demi setapak demi mencapai pemecahan. Dialektik merupakan hasil
pengumpulan, penjumlahan, dan penilaian kritik dari semua opini yang didapatkan
dari sesuatu masalah yang telah dikemukaan. Aristoteles selalu memulai dulu
dengan mengemukaan apa yang telah dia katakan tentang masalah oleh para
pendahulunya. Pada Hegel, dialektik menjadi cara yang mulai dengan
memperlawankan dua ide yang saling bertentangan lalu mendamaikan mereka dengan
unsur ketiga yang mengandung kedua ide itu dan merupakan sintesis daripadanya.
Metode
filsuf pada aliran Descartes disebut aliran filsafat bersifat refleksif. Sang
filsuf hendaknya penuh perhatian terhadap gejala-gejala terutama dalam arti
luas sebab ia berpendapat bahwa sang filsuf hendaknya penuh perhatian terhadap
gejala-gejala. Mulai dari Husserl di Jerman,
metode filsaat diklasifikasikan fenomologis. Filsafat ingin menjelaskan
gejala-gejala secara objektif mungkin menurut bagaimana gejala itu menampilkan
diri terhadap kesadaran.
Keberadaan
Manusia
Manusia mampu mengetahui dirinya dengan kemampuan
berpikir yang ada pada dirinya. Manusia menghasilkan pertanyaan
tentang segala sesuatu. Filsafat lahir karena berbagai pertanyaan yang diajukan
oleh manusia. Ketika Manusia mulai menanyakan keberadaan dirinya, filsafat
manusia lahir dan mempertanyakan, “siapakah Kamu Manusia?” Manusia bisa
memikirkan dirinya, tapi apakah tujuan pertanyaan yang diajukannya. Keberadaan
dirinya diantara yang lain yang membuat menusia perlu mendefinisikan keberadaan
dirinya.
Apabila
pernyataan bahwa manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa yang
baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia. Hakikat
diri manusia tidak akan muncul ketika tidak terdapat pembanding diluar dirinya.
Sesuatu yang baik dan buruk pada manusia menunjukkan dirinya ada dinilai
diantara keberadaan yang lain.
Watak manusia merupakan suatu kumpulan corak-corak yang khas, atau
rangkain bentuk yang dinamis yang khas yang secara mutlak terdapat pada
manusia. Manusia berada dengan yang alain menciptakan kebudayaan. Suatu
kebudayaan manusia tidak mungkin ada tanpa bahasa. Bahasa melakukan enilain
tentang keberdaan manusia berupa wujud yang dapat diterjemahkan melalui
kata-kata. Filsafat mengarahkan penyelidikannya terhadap segi yang mendalam
dari makhluk hidup karena terdapat penilaian dari yang lain sebagai
pembanding. Pengetahuan dan
pengalaman manusia, serta dunia yang secara wajar ada pada setiap individu yang
dimiliki oleh semua orang secara bersama-sama malakukan penilaian diantara
individu manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar